sumber: http://www.vedcmalang.com/pppptkbomlg/index.php/artikel-coba-2/departemen-bangunan-30/581-pengecoran-beton
PENGECORAN BETON
Oleh : Feriyanto
1. Pengertian Beton
Beton
Beton adalah campuran antara Semen (PC) + Pasir + Kerikil dengan perbandingan tertentu ditambah air sebagai bahan pelarut dan akan mengeras pada saat proses hidrasi.
Keunggulan beton adalah kekuatan tekan yang tinggi dikenal dengan f’c (kuat tekan) sedangkan kekuatan tariknya rendah.
Beton dalam pengertian lain dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu pasta semen dan agregat, pasta semen merupakan campuran air dan semen sedangkan agregat merupakan campuran pasir dan kerikil yang terdiri dari gradasi butiran yang saling mengisi.
Perbandingan antara pasta semen dan agregat diantara 25 % pasta semen dan 75 % agregat dalam perbandingan jumlah berat.
Pencampuran bahan beton yang menggunakan perbandingan berat, dalam pelaksanaan dilapangan diubah menjadi perbandingan volume. Contoh perbandingan pelaksanaan dilapangan menggunakan campuran 1 PC : 2 Pasir : 3 Kerikil.
2. Material penyusun beton
2.1. Portland Cement ( PC )
Portland cement adalah salah satu tipe semen hidraulis dengan komposisi utamanya
adalah kalsium silikat hidraulis. Hidraulis artinya tipe semen tersebut akan membatudanmengeras bila bereaksi secara kimia dengan air. Reaksi kimianya dinamakanreaksi hidrasi.Selama reaksi hidrasi tersebut semen bercampur dengan airmembentuk masa batuan. Bila saat PC dan air tersebut berbentuk pasta (pastasemen) dicampurkan agregat (baik agregat kasar maupun agregat halus) maka pastasemen tersebut akan melingkupi agregat dan membentuk gaya adhesi suatu agregat.
Saat pasta semen mengeras maka terbentuklah beton.
Kadar semenyang cukupsesuai rancangan akan memnghasilkan kuat tekan yang sesuai, dan kadar semen yang kurang akan mengahsilkan kuat tekan yang rendah. Begitupun penggunaan mutu semen yang tepat pemakaiannya sesuai dengan jenisnya (I, II, III, IV dan V) akan dapat menghasilkan kualitas sesuai yang diinginkan.
Tabel 2.1 Jenis-jenis Portland Cement dan Penggunaannya
NO
|
TIPE SEMEN
|
PENGGUNAAN
|
KARAKTER
|
1
|
I
|
Normal, tidak memerlukan
persyaratan khusus
|
- Waktu ikat awal ± 120 menit
- Waktu ikat akhir ± 300 menit
|
2
|
II
|
Moderate sulfate
resistance, misal untuk
konstruksi bawah tanah
|
- Waktu ikat = PC tipe I
- Panas hidrasi sedang
|
3
|
III
|
High early strength, untuk
struktur yg memerlukan
kekuatan awal yang tinggi
|
- Komposisi kimia setara dgntipe I
- Butiran partikel jauh lebih halus
|
4
|
IV
|
Low heat of hydration,
digunakan untuk struktur
dengan massa beton yang
besar misalnya graving dam
|
- Panas hidrasi rendah
|
5
|
V
|
High sulfate resistance,
digunakan untuk konstruksi
yg memerlukan ketahanan
yg tinggi terhadap serangan
sulfat
|
- Perkembangan kuat tekan
lebih lambat dibanding tipe I
- Waktu ikat awal ± 240 menit
- Waktu ikat akhir ± 480 menit
|
2.2 Air
Fungsi air di dalam beton adalah :
- Sebagai bahan penghidrasi semen: semen bisa berfungsi sebagai bahan pengikat.
- Sebagai bahan pelumas
- Mempermudah proses pencampuran agregat dan semen
- Mempermudah pelaksanaan pengecoran beton (workability)
Syarat air sebagai bahan pencampur beton :
- Tidak mengandung unsur reaktif alkali
- Tidak mengandung bahan minyak, asam, zat organis
- Disarankan memakai air yang bisa diminum.
Bila cara mencampur dimasukkan 1 zak semen, maka untuk perbandingan pasir dan kerikil menggunakan kotak takaran dengan ukuran yang setara dengan isi zak semen.
Zak semen 50 kg = 47,5 liter
Ukuran takaran = 60 cm x 40 cm x 20 cm
= 48 liter
2. 3. AGREGAT :
agregat adalah material granural ( suatu bahan yang keras dan kaku yang dipakai bersama-sama dengan suatu media pengikat untuk membentuk suatu beton semen hidraulik atau adukan ( mortar ) misalnya pasir, kerikil , batu pecah dan sebagainya.
2.3.2 Pemilihan Agregat :
· Tersedianya bahan setempat
· Mutu bahan
· Bentuk / jenis konstruksi yang dibuat
· Harga bahan tersebut
2.3.
3 kriteria pemilihan agregat
penilaian cocok atau tidaknya agregat yang digunakan sebagai bahan untuk campuran beton ditinjau dari :
I. Ukuran dan Gradasi :
Persyaratan ukuran maximum agregat sebagai berikut :
· 1/5 jarak terkecil antara bidang samping dari cetakan
· 1/3 dari tebal plat
· ¾ jarak bersih minimum antara batang tulangan, berkas batang tulangan atau tendon pratekan
3. Pengecoran Beton
3.1 Pengadukan Beton
Proses pencampuran antara bahan – bahan dasar beton, yaitu semen, air, pasir dan kerikil, dalam perbandingan yang baik disebut proses pengadukan beton. Pengadukan ini dilakukan sampai warna adukan tampak rata, kelecakan yang cukup (tidak cair tidak padat), dan tampak campurannya juga homogen. Pemisahan butir – butir seharusnya tidak boleh terjadi selama proses pengadukan ini. Cara pengadukan dapat dilakukan dengan mesin atau tangan.
▪ Pengadukan dengan Tangan
Kemudian ditengah adukan tersebut dibuat lubang dan ditambahkan air sebanyak 75% dari jumlah air yang diperlukan, lalu adukan diulangi dan ditambahkan sisa air sampai adukan tampak merata.
▪ Pengadukan dengan mesin
a. Masukkan air separo dari kebutuhan total air untuk sekali mengaduk
b. Masukkan kerikil, biarkan bercampur dengan air
c. Masukkan semen seperlunya sesuai perbandingan campuran
d. Masukkan pasir, biarkan mencampur
e. Masukkan air ½ bagian sisa dari perbandingan keseluruhan
3.2 Pengangkutan Adukan Beton
Pengangkutan adukan beton dilakukan dengan ban – berjalan sangat baik bila pengangkutan berlangsung secara terus – menerus dan ditujukan ke tempat yang jauh lebih tinggi. Biasanya adukan beton diperlukan agak kental.
3.3 Penuangan Adukan Beton
Ditempat penuangan beton harus segera dipadatkan sebelum semen dan air mulai bereaksi (pada umumnya semen mulai bereaksi dengan air satu jam setelah semen dicampur dengan air).
Hal – hal berikut harus diperhatikan selama penuangan dan pemadatan berlangsung :
a. Adukan beton harus dituang secara terus – menerus (tidak terputus) agar diperoleh beton yang seragam dan tidak terjadi garis batas.
b. Permukaan cetakan yang berhadapan dengan adukan beton harus diolesi minyak agar beton yang terjadi tidak melekat dengan cetakannya.
c. Selama penuangan dan pemadatan harus dijaga agar posisi cetakan maupun tulangan tidak berubah.
d. Adukan beton jangan dijatuhkan dengan tinggi jatuh lebih dari satu meter agar tidak terjadi pemisahan bahan pencampurnya.
e. Pengecoran tidak boleh dilakukan pada waktu turun hujan.
f. Sebaiknya tebal lapisan beton untuk setiap kali penuangan tidak lebih dari 45 cm pada beton massa, dan 30 cm pada beton bertulang.
g. Harus dijaga agar beton yang masih segar tidak diinjak.
h. Tinggi maximum penuangan 50 cm
3.4 Pemadatan Adukan Beton
Pada prinsipnya pemadatan adukan beton disini ialah usaha agar sedikit mungkin pori/rongga yang terjadi didalam betonnya. Pemadatan adukan beton dapat dilakukan secara manual atau dengan mesin.
3.5 Pekerjaan Finishing/Perataan
Pekerjaan perataan disini yang dimaksud ialah pekerjaan sesudah adukan beton selesai dipadatkan, yaitu berupa perataan permukaan dari beton segar yang telah dipadatkan. Alat yang dipakai ialah cetok, roskam dan papan perata. Atau menggunakan mesin perata (Power Trowel)
Meratakan cor beton dengan alat manual Meratakan cor beton dengan Power Trowel
4. Perawatan Beton Dilapangan
Perawatan beton ialah suatu pekerjaan menjaga agar permukaan beton segar selalu lembab, sejak adukan beton dipadatkan sampai beton dianggap cukup keras. Kelembaban permukaan beton itu harus dijaga untuk menjamin proses hidrasi semen (reaksi semen dan pasir) berlangsung dengan sempurna. Bila hal ini tidak dilakukan, akan terjadi beton yang kurang kuat, dan juga timbul retak – retak. Selain itu, kelembaban permukaan tadi juga menambah beton lebih tahan cuaca, dan lebih kedap air. Beberapa cara perawatan beton yang biasa dilakukan baik untuk benda uji yang diambil dilapangan maupun beton setelah pengecoran sebagai berikut :
a. Menyelimuti permukaan beton dengan karung basah.
Menutup permukaan Menyelimuti permukaan
b. Menggenangi permukaan beton dengan air.
c. Menyirami permukaan beton setiap saat secara terus – menerus.
Referensi :
Susanta, Gatut, Panduan Lengkap Membangun Rumah,Jakarta, Penebar Swadaya, 2001.
Fachkkiunde Bau. Bautechnik, Verlag Europa Lehrmittel. Haan-Gruiten. 2007
Tamrin, A. G, Teknik Konstruksi Bangunan Gedung Jilid 1.Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Jakarta 2008.
Japan Fund for Poverty Reduction (JFPR), Brosur Bangunan Rumah Tahan Gempa 2006
Manual Barataga, Sosialisasi Bangunan Tahan Gempa, CEEDEDS-UII Yogyakarta 2006
Heinz Frick & Tri Hesti Mulyani, Pedoman Bangunan Tahan Gempa, Penerbit Kanisius Yogyakarta 2006
Petunjuk Praktek Batu dan Beton, Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Departemen Pendidikan dan Kebudayan 1980
Teori dan Praktek Kejuruan Dasar Bangunan, Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 1978
Petunjuk Praktek Bangunan Gedung, Direktorat Pendidikan menengah Kejuruan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 1982
Tidak ada komentar:
Posting Komentar